Facebook Oh Facebook


Saya suka memerhatikan gelagat – gelagat masyarakat kita secara diam. Baik melalui pengalaman hidup mahupun menerusi dunia maya.Banyak yang diperhatikan. Banyak yang diperdengarkan.Tetapi apa yang ingin dihighlightkan kali ini adalah berkenaan dengan menjaga lisan kita. Ia tidak semestinya melalui pertuturan sahaja, melalui Facebook atau blog pun dikira lisan juga walaupun kita menaip. Ya, lisan kita.


Pada waktu sekarang, saya yakin bahawa rata – rata anda mempunyai facebook bukan? Jika anda perasan, facebook ini ada kalanya menjadi tempat perang mulut. Tempat membengkakkan hati. Tempat dimana maruah seseorang dicemarkan dengan sewenang – wenangnya. 

Facebook adalah sebuah web sosial di dunia maya yang membolehkan para penggunanya untuk saling berinteraksi dalam berbagai bentuknya. Misalnya, melakukan chatting, mencari teman, berkirim e-mail, bertukar foto, menyebarkan undangan kegiatan, mengiklankan suatu produk bisnis, dan sebagainya. Inilah sekilas fakta facebook. (Lihat http://www.facebook.com/ ).  Bagaimanakah hukum facebook ini menurut fiqih Islam?

Facebook hukum asalnya adalah mubah (boleh). Ini adalah hukum asal untuk berbagai sarana moden dalam berkomunikasi, sama halnya dengan pensel, faksimili, dan sebagainya. Dasar kemubahannya adalah hadis Nabi SAW,”Kamu lebih mengetahui urusan dunia kamu.” (antum a’lamu bi-amri dun-yakum). (HR Muslim, no 4358). Latar belakang hadis ini adalah Nabi SAW suatu saat pernah melarang menyerbukkan kurma (ta`bir an-nakhiil). Ternyata kurmanya tidak berbuah. Nabi SAW pun kemudian mengucapkan sabdanya tersebut. Hadis ini menerangkan bahwa “urusan dunia”, yaitu apa saja yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dari wahyu, maka hal itu diserahkan kepada pendapat manusia. (Lihat Imam Nawawi, Syarah Muslim, 8/85). Jadi hadis ini adalah dalil bahwa secara umum syara’ membolehkan segala produk sains dan teknologi, selama tidak bertentangan dengan Aqidah dan Syariah Islam. (Abdul Qadim Zallum, Ad-Dimuqrathiyyah Nizham Kufur, hal. 12).

Selain berdasarkan hadis itu, kemubahan facebook juga dapat didasarkan pada kaidah fiqih : al-ashlu fi al-asy-syaa` al-ibahah hatta yadulla ad-dalilu ‘ala at-tahrim. Artinya, hukum asal sesuatu (benda/barang) adalah boleh, hingga terdapat dalil yang mengharamkannya. (Imam Suyuthi, Al-Asybah wa al-Nazha`ir fi Al-Furu’, hal. 108; Imam Syaukani, Nailul Authar, 12/443).

Yang dimaksud dengan al-asy-yaa’ (jamak dari asy-syai`) dalam kaidah ini adalah segala materi (zat) yang digunakan manusia dalam perbuatannya (al-mawaad allaty yatasharrafu fiiha al-insaanu bi-af’alihi). (M. Muhammad Ismail, Al-Fikr Al-Islami, hal. 41). Berdasarkan kaidah ini, maka facebook hukum asalnya adalah boleh, kerana termasuk dalam materi (zat) yang dimanfaatkan manusia dalam perbuatannya.

Namun hukum asal untuk facebook ini dapat berubah menjadi haram, jika facebook digunakan untuk melakukan segala perbuatan yang diharamkan. Dasar keharamannya adalah kaidah fiqih : al-wasilah ila al-haram haram. Ertinya, segala perantaraan yang membawa kepada yang haram, hukumnya haram. (Al-Kasani, Bada`iu Ash-Shana`i’, 10/478; Izzuddin bin Abdis Salam, Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, 2/402; Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, I’lamul Muwaqqi’in, 3/345). Kaidah fiqih ini berarti bahwa segala sesuatu baik berupa perbuatan manusia (al-af’aal) maupun berupa materi (zat) (asy-syai`), yang diduga kuat dapat mengantarkan kepada yang haram, hukumnya menjadi haram walau hukum asalnya mubah.

Maka dari itu, facebook hukumnya menjadi haram, jika digunakan untuk segala sesuatu yang menjurus kepada yang haram. Misalnya, mengucapkan kata-kata yang membangkitkan syahwat lawan jenis, melakukan perselingkuhan, melakukan pendekatan kepada lawan jenis untuk bersenang-senang semata (bukan dalam rangka khitbah atau nikah), dan sebagainya. Diharamkan pula menggunakan facebook untuk melakukan transaksi haram, seperti bisnis narkoba atau prostitusi, atau untuk menyebarkan ide-ide kufur, seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, demokrasi, nasionalisme, marxisme, dan sebagainya.

Kewujudan pelbagai page – page yang mengecam dan mencaci orang pun banyak. Komen – komen didalamnya pun boleh tahan pedasnya dalam mengata dan mencaci ni. Adakah anda semua terlibat?

Jangan mencaci orang. Jangan mengejek orang. Jangan Mengumpat orang, walaupun hanya dalam facebook.

Ingatlah, Allah itu maha tajam pemerhatianNya. Maha adil timbanganNya.
Ok, mari kita lihat akibat dari habit kita yang tidak menjaga lisan itu.

Imam Al-Ghazali mengemukakan ada 14 macam bahaya lidah yang harus diperhatikan manusia.
Pertama, perkataan yang tidak bermanfaat yang boleh membuatkan hati kasar.
Kedua, mereka yang banyak bercakap, maka dia banyak bohong. 
Ketiga, bersembang kosong. Padahal ciri-ciri orang beriman (QS 23:3) adalah mereka yang sentiasa menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Keempat, menyebabkan pertengkaran dan dendam.
Kelima, banyak bicara akan menimbulkan permusuhan antara kelompok dan golongan.
Keenam, mereka yang berbohong dengan mengaku sebagai pakar suatu bidang.
Ketujuh, ucapan yang mengandungi makian dan cacian.
Kelapan, ucapan yang mengutuk seseorang atau satu golongan.
Kesembilan, ungkapan syair atau nyanyian yang membangkitkan nafsu kebinatangan seseorang.
Kesepuluh, senda gurau dengan memperolok-olok orang lain. Rasulullah bersabda: ‘” Sesungguhnya mereka yang mentertawakan teman-temannya, mereka akan jatuh ke dalam neraka, lebih jatuh dari bintang suria.”
Kesebelas, mengejek orang lain. Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan (mentertawakan) kaum yang lain. Boleh jadi (yang ditertawakan itu) lebih baik dari mereka (yang mentertawakan). Jangan pula sekelompok wanita mentertawakan kelompok wanita yang lain, boleh jadi (yang diperolok-olok itu) lebih baik dari mereka dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelaran-gelaran yang buruk,”” (QS 49: 11).
Kedua belas, membuka rahsia orang lain.
Ketiga belas, berjanji palsu.
Keempat belas, bersumpah palsu. Semua itu akan merosak nilai-nilai amanah. Rasulullah bersabda: ”Waspadalah terhadap pembohong! Sebab pembohong dan orang-orang yang zalim sama-sama dalam neraka.” (HR Ibnu Majah)
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah: ”Apa penyebab terbesar orang masuk neraka?” Nabi menjawab: ””Kerana lidah dan kemaluannya.” (HR Turmudzi). 
Mudah-mudahan kita semua dapat mengendalikan diri.

 Kesimpulannya, facebook hukum asalnya mubah. Namun hukumnya menjadi haram jika digunakan untuk segala sesuatu yang telah diharamkan syariah Islam. Wallahu a’lam. [ ]


Sumber: http://akuislam.com/blog/mauidzah/walaupun-hanya-berfacebook/#ixzz1j2E0hBgd

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani yang akan membuatmu tersenyum hingga kau lupa pedihnya rasa sakit.

Adakah Anda Masih Belum Bertemu JODOH?