Berbicara Tentang Kehancuran Dunia (KIAMAT)

Berbicara Tentang Kehancuran Dunia (KIAMAT)


Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)

Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir. Agar dapat memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini, kita harus merenungkan ayat ini. Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan berguna sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.

TANDA-TANDA KIAMAT

Tanda-tanda kiamat ada dua: tanda-tanda kiamat besar dan tanda-tanda kiamat kecil.
Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlumba-lumba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebahagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.

Tanda kiamat besar adalah perkara besar yang muncul mendekati kiamat yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa a.s., Yakjuj dan Makjuj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.

Para ulama berbeza pendapat tentang permulaan yang muncul dari tanda kiamat besar. Tetapi Ibnu Hajar berkata, “Yang kuat dari sejumlah berita tanda-tanda kiamat, bahawa keluarnya Dajjal adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar, dengan terjadinya perubahan secara menyeluruh di muka bumi. Dan diakhiri dengan wafatnya Isa a.s".

“Sedangkan terbitnya matahari dari Barat adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar yang mengakibatkan perubahan keadaan langit. Dan berakhir dengan terjadinya kiamat”.

PERISTIWA HARI KIAMAT 

Di dalam Al Qur’an terdapat banyak penjabaran mengenai peristiwa Hari Kiamat untuk menjadi pelajaran bagi kita. Artikel ini memuat beberapa contoh darinya. Al Qur’an surat Az Zalzalah 1 - 8

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
Petunjuk yang diberikan di dalam surat ini sangat menyeluruh sehingga Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa surat Az Zalzalah adalah setara dengan setengah dari Al Qur’an. (Tirmidzi)
Ayat terakhir dari surat ini luar biasa maknanya. Menurut suatu Hadits yang diriwayatkan oleh Anas RA, Nabi Muhammad SAW menyebutnya dengan ‘satu kata tapi menyeluruh’. Abdullah bin Masood RA menyebutkan, “Ayat tersebut merupakan ayat Al Qur’an yang luar biasa dan tegas maknanya.” Barangkali penjelasan yang paling menarik perhatian mengenai peristiwa Hari Kiamat terdapat di surat Al Hajj 1 – 2

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.
Dan didalam Al Haqqah 13 – 18

Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan Malaikat-Malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
Dan didalam Az Zumar 68 - 70

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Jadi ketika Sangkakala yang pertama ditiup semua makhluk yang berada di langit dan di bumi akan binasa kecuali beberapa Malaikat. Kemudian para Malaikat ini juga akan binasa. 
Ar Rahman 26 - 27

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Jadi bagi mereka yang telah meninggal, roh mereka akan binasa juga seperti disebutkan oleh Ibnu Katsir.
Ketika Sangkakala yang kedua ditiup, roh akan kembali kepada badan masing-masing dan berdiri untuk masing-masing merpertanggung-jawabkan segala perbuatan mereka.
Para saksi akan dihadapkan dan keadilan akan diputuskan seperti disebut dalam Az Zumar 68 - 70 di atas dan juga didalam Yaasin 65

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
Sama halnya seperti disebutkan dalam Fussilat 19 – 23

Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Jadi seseorang dapat menyembunyikan dosa-dosa nya dari orang lain tetapi ia tidak bisa menyembunyikannya dari anggota tubuhnya sendiri. Pada Hari Kiamat ini anggota tubuhnya ini akan bersaksi mengenai perbuatannya. Jika kita sungguh-sungguh memahami ayat ini, tidak akan mungkin kita berani melakukan dosa sekecil apapun juga.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Mulut manusia akan dikunci dan pahanya akan diperintahkan untuk menjelaskan berbagai perbuatannya. Dengan cara yang sama tulang dan daging nya akan berbicara sebagai saksi.” (Muslim)
Sebagai contoh yaitu makanan untuk orang yang berdosa disampaikan dalam surah Ad Dukhan 43 - 50

Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya.
Pada sisi lain orang-orang yang beriman akan diperlakukan dengan cara yang berbeda.
Az Zukhruf 68 - 73

" Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan." Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amAl amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.




Pesanan Rasulullah SAW Terhadap Wanita :

Sabda Rasulullah s.a.w melalui hadis qudsi: “hamba-ku yang mendekatkan diri kepada-ku dengan melakukan amalan fardu lebih aku cintai. Sentiasalah hamba-ku berterusan menghampiriku dengan melakukan amalan sunat sehingga aku mengasihinya. Apabila aku mengasihinya, jadilah aku pendengarnya yang dia mendengar dengannya, penglihatan yang dia melihat dengannya, tangan yang dia memukul dengannya dan kaki yang dia berjalan dengannya, kalau dia meminta kepadaku, pasti aku akan memberinya dan kalau dia memohon perlindunganku, pasti aku akan melindunginya” Riwayat al-Bukhari.




Pesanan terhadap Wanita 

1) Dunia ini ialah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita
(isteri) yang solehah. (Riwayat Muslim).

2) Mana-mana perempuan yang memakai bau-bauan kemudian ia keluar 
melintasi kaum lelaki ajnabi, agar mereka mencium bau harumnya maka ia 
adalah perempuan zina, dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah zina.
 (Riwayat Ahmad, Thabarani dan Hakim)

3) Dikahwini wanita itu kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana
keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya, maka carilah
yang kuat beragama nescaya kamu beruntung


4) wanita yang ketika solat dan puasa dia menjaga dengan sempurna, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah mana-manapintu syurga yang ia kehendaki. (Riwayat dari Ahmad Ibnu Hibban,Thabarani, Anas bin Malik).

5) Perempuan yang melabuhkan pakaian dalam keadaaan berhias bukan untuksuami nya dan muhrimnya adalah seumpama gelap gelita di hari kiamat, tiada nur baginya. (Riwayat Tarmizi)

6) Apabila lari seorang wanita dari rumah suaminya, tidak diterimasembahyangnya, sehingga ia kembali dan menghulurkan tangan kepada suaminya (meminta maaf). (Riwayat dari Hassan).

7) Wanita yang taat pada suami, semua burung-burung di udara, ikan diair, malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristigfar baginya selama ia masih taat pada suaminya dan diredainya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).


8) Dari Muaz bin Jabal bersabda Rasululllah SAW: Mana-mana wanita yang
berdiri di atas kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan
tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari
bakaran api neraka.

9) Tiap-tiap wanita yang menolong suaminya di dalam urusan agama, maka
Allah memasukkanya dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (sepuluh 
ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka mendapat pakaian 
dan bau-bauan syurga untuk turun ke mahligai suaminya dan mengadapnya.

10)Ya Fatimah, jika seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan
janggutnya dan memotong kumisnya dan mengerat kukunya, diberi minum
Allah akan dia sungai syurga, diiringi Allah baginya sakaratul maut 
dan akan didapati kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga 
serta dicatatkan Allah baginya kelepasan dari neraka dan selamatlah ia
melintasi titian Siratul-mustaqim.

11)Mana-mana wanita yang berkata kepada suaminya "tidak pernah aku dapat
dari engkau satu kebajikan pun". Maka Allah akan hapuskan amalannya
selama 70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan beribadah pada
malamnya.

12)Apabila wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah
para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu
kebajikan dan menghapus baginya seribu kejahatan.

13)Apabila wanita mulai sakit untuk bersalin, Allah mencatatkan baginya
pahala orang yang berjihad pada jalan Allah (perang sabil).

14)Apabila wanita melahirkan anak keluarlah dosa-dosa darinya seperti
keadaan ibunya melahirkannya.
Kehebatan  solat berjemaah


Solat berjemaah yang lebih afdal berbanding solat sendirian turut diakui kelebihannya menerusi kajian dalam bidang sains.

Kelebihan solat berjemaah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabda baginda yang bermaksud: Solat berjemaah itu lebih afdal daripada sembahyang berseorangan dengan kelebihan 27 darjat. (riwayat al-Bukhari)

Sabda Rasulullah dalam ayat di atas menunjukkan betapa Allah melipat kali gandakan ganjaran kepada hambanya yang menunaikan solat berjemaah berbanding solat secara bersendirian walaupun ia tiada perbezaan dari segi perbuatan fizikal dan bacaan ketika solat.

Sains akui kelebihan solat jemaah



Malah kelebihan serta manfaat solat berjemaah terbukti dari segi saintifik dan diakui oleh pakar sains fizik di sebuah universiti di Amerika Syarikat, Prof. John Herbert selepas membuat kajian mengenai tujuan dan kelebihan solat berjemaah.

Hasil kajian John Herbert mendapati sentuhan antara bahu jemaah ketika solat mampu menyeimbangkan cas elektrik positif dan negatif yang terdapat dalam tubuh manusia menjadikan tubuh lebih segar dan bertenaga.

"Tubuh manusia terdiri daripada dua cas elektrik iaitu cas positif dan negatif. Setiap aktiviti harian kita tidak kira bekerja, beribadat atau berehat banyak menggunakan tenaga yang menyebabkan berlakunya pertukaran cas positif dan negatif yang menyebabkan ketidakseimbangan cas tersebut di dalam tubuh.

"Ini menyebabkan tubuh berasa letih dan tidak bermaya. Oleh itu, cas ini perlu diseimbangkan semula untuk memulihkan tubuh badan kita iaitu dengan cara menunaikan solat berjemaah yang merangsang proses pertukaran cas elektrik dalam tubuh kita tersebut," katanya.

Tubuh manusia mengeluarkan cas yang berlebihan dan cas itu akan ditarik oleh cas yang berlawanan dalam tubuh badan jemaah di sebelah kanan dan kiri.

Begitu juga proses yang sama berlaku kepada setiap jemaah. Semakin lama pergeseran ini berlaku, semakin seimbang dan semakin segar tubuh badan kita.

Mengikut hasil kajian tersebut, proses pertukaran cas ini sangat diperlukan dalam kehidupan harian sebagaimana keperluan tidur pada setiap hari dengan sama.

Menurutnya, bilangan rakaat yang berlainan dalam setiap waktu solat adalah bertepatan dengan keperluan pertukaran cas elektrik positif dan negatif tersebut.

Solat subuh hanya dua rakaat kerana ia hanya memerlukan sedikit pertukaran cas dalam tubuh. Berlainan pula dengan solat Zuhur dan Asar yang memerlukan pertukaran cas yang banyak untuk menyeimbangkan cas dan mengembalikan tenaga dan kecergasan tubuh.

"Selepas waktu Asar pula, pada kebiasaannya kita hanya beriadah atau melakukan aktiviti ringan yang tidak terlalu banyak menggunakan tenaga di samping perbezaan masa yang diperuntukan tidak terlalu ketara.

"Oleh itu, solat berjemaah waktu Maghrib hanya sebanyak tiga rakaat mencukupi untuk menyeimbangkan cas dalam tubuh," katanya.

Walaubagaimanapun, mungkin sesetengah daripada kita keliru mengenai bilangan solat Isyak yang banyak sedangkan ia tidak jauh berbeza dengan waktu solat Maghrib.

Dr. Ghaffar berkata, menurut kajian itu, pertukaran cas yang banyak perlu bagi menyediakan cas elektrik dalam tubuh yang benar-benar seimbang dan pengumpulan tenaga yang secukupnya untuk bangun pada sepertiga malam bagi menunaikan solat sunat seperti yang dituntut dalam Islam.

"Hasil kajian saintifik tersebut menunjukkan kepada kita betapa indah dan sempurnanya amalan agama Islam sehingga setiap kewajipan yang diperintahkan kepada kita mempunyai kelebihan dan manfaat tersendiri,".

Hasil kajian John Herbert itu membuka pintu hatinya dan mendapat hidayah Allah untuk memeluk agama Islam kerana tiada amalan agama lain yang selengkap dan sempurna sebagaimana ajaran Islam.

The FITNAH?

The FITNAH?



SEBAGAI manusia, selagi hidup kita akan berinteraksi dengan orang lain. Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang di sekeliling dan dari situ kita dapat memproses maklumat serta membina hubungan dalam bermasyarakat.
Orang yang enggan berinteraksi sebenarnya adalah orang yang tidak berada dalam realiti kehidupan yang hakiki dan dia sebenarnya tidak menunaikan tuntutan sebagai manusia.
Orang yang suka bersendirian akan lebih terdedah kepada hasutan syaitan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW: “Sesungguhnya syaitan itu seperti serigala kepada manusia sebagaimana serigala kepada ternakan. Ia menerkam kambing yang bersendirian dan terpencil. Maka, jauhilah kamu daripada berpecah belah, dan wajiblah kamu bersama-sama jemaah, orang ramai dan masjid.” (riwayat Ahmad)
Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, kita perlu menjaga akhlak dalam percakapan dengan orang lain. Ketika berkomunikasi, antara perkara penting yang perlu diberi perhatian adalah kebenaran fakta yang disampaikan kepada kita dan sejauh mana ketepatan maklumat yang kita sampaikan kepada orang lain.
Bak kata pepatah “terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata buruk padahnya”.
Islam menganggap fitnah satu daripada sifat mazmumah (tercela) dan dilarang Allah seperti dalam firman-Nya yang bermaksud:
  • Fitnah itu lebih bahaya daripada pembunuhan. (al-Baqarah: 191)
  • Jangan kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang gemar menyebarkan fitnah. (al-Qalam: 29).
Oleh itu, kita perlu menjaga dua perkara dalam berinteraksi iaitu input dan output. Di kebanyakan waktu dan ketika, kita perlu mempunyai usaha dalam menapis maklumat yang diterima.
Justeru, Allah SWT memerintahkan kita untuk tabayyun iaitu menganalisis dan mengkaji terlebih dahulu maklumat yang kita perolehi. Firman Allah SWT yang bermaksud: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan". (al-Hujurat: 6)
Sikap tabayyun ini sangat perlu kerana berkemungkinan maklumat yang sampai kepada kita adalah tidak benar ataupun merupakan fitnah yang sengaja diciptakan untuk memburukkan seseorang.
Dalam hal ini pendekatan yang betul sangat penting agar kita tidak terperangkap. Justeru, apabila menerima satu-satu maklumat jangan mudah menerimanya tanpa terlebih dahulu dipastikan kebenarannya atau difahami maklumat berkenaan.
Sebagai contoh, seorang hakim tidak boleh membuat keputusan tanpa bersikap adil dalam memperolehi maklumat. Justeru, hakim perlu memanggil kedua-dua pihak sama ada tertuduh atau yang menuduh.
Kita tidak boleh menghukum seseorang dengan sentimen. Islam mengajar kita menghukum berdasarkan maklumat yang tepat.
Ia seperti yang disebut dalam satu kaedah, “Menjatuhkan satu-satu hukuman dalam sesuatu perkara hendaklah berdasarkan tasawur yang jelas tentang perkara tersebut”.
Dalam sejarah umat Islam, kita menyaksikan betapa fitnah membawa bencana dan malapetaka dalam masyarakat. Fitnah inilah yang membawa kepada pembunuhan Saidina Uthman r.a yang dituduh menjalankan dasar kronisme dan nepotisme dalam pentadbirannya.
Fitnah juga menyebabkan berlaku pertembungan di antara para sahabat besar seperti Saidina Ali bin Abi Talib r.a dan Muawiyah bin Abi Sufyan r.a.
Munir al-Ghadban menyebut dalam kitabnya berkenaan Muawiyah bin Abi Sufyan: “Aku tidak berpendapat bahawa adanya suatu peribadi di dalam sejarah umat Islam yang terdiri daripada kalangan para sahabat yang awal, yang ditarbiah dengan tangan Rasulullah SAW dan mereka yang hidup dengan wahyu langit, lalu diperburukkan, dibohongi mengenainya dan didustakan kepadanya seperti yang terkena pada Muawiyah bin Abi Sufyan r.a…”

Kategori sifat MARAH..

Kategori sifat MARAH..




RASULULLAH dalam satu hadis diriwayatkan Abu Hurairah: “Bahawa seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad lalu berkata: ‘Berwasiatlah kepadaku ya Rasulullah’. Lalu baginda bersabda: ‘Jangan engkau marah’. Baginda mengulanginya tiga kali.”
Setiap manusia mempunyai sifat marah dan sabar sebenarnya adalah penghalang sifat itu. Bagaimanapun, kesabaran ada had dan batasnya, apabila hilang sabar maka timbullah kemarahan.
Menurut Imam al-Ghazali, sikap marah ialah nyalaan api yang bersumber daripada api Allah SWT yang menyala dan menjulang tinggi sampai naik ke hati.
Ada lima kategori marah iaitu cepat marah atau marah tidak bertempat, marah pertengahan (mampu mengawal marahnya atau marah bertempat), marah sederhana, tidak tahu marah dan marah keterlaluan.
Imam al-Ghazali mengatakan, ada 10 punca menjadi penyebab sifat marah iaitu rasa bangga diri, takjub kepada peribadi sendiri, berlebihan dalam gurau senda dan melampaui batas, bercakap perkara sia-sia selain gemar membuat fitnah.
Lima lagi puncanya ialah gemar berbantah dalam sesuatu perkara, khianat, tamak kepada harta juga pangkat, gagal mengendalikan nafsu dan emosi serta hasad dengki selain iri hati.
Apabila seseorang itu marah, pergerakan fizikalnya turut berubah. Api kemarahan yang semakin memuncak menyebabkan percakapannya menjadi kuat, kata-kata tidak teratur, bahasanya lucah, kasar dan bersifat menghina juga merendah-rendahkan orang yang dimarah dan pelbagai lagi.
Marah bukan berlaku pada orang yang kebanyakan saja, malah individu yang punya kedudukan atau status seperti ustaz, ustazah, guru, ulama, doktor dan sebagainya.
Persoalan akhlak, maruah diri dan undang-undang tidak lagi menjadi penilaian kerana yang penting ‘sikap aku betul, orang lain salah’.
Kadangkala orang ramai boleh menilai bahawa individu berkaitan itu ada sifat mazmumah seperti ego, tidak menerima kebenaran, berbangga dengan kedudukan, jawatan, sijil, ijazah, ilmu yang dimiliki, sedangkan semua ilmu itu menjadi amanah Allah SWT. Inilah marah yang dikeji.
Marah yang dipuji adalah marah pertengahan iaitu marah bertempat. Contoh, seorang bapa marah kepada anaknya yang tidak mahu bersolat atau menutup aurat. Rasulullah SAW mengajar kita dalam hadisnya: “Suruhlah anak kamu bersolat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka yang tidak mahu bersolat ketika berumur 10 tahun dan pisahkan mereka dari tempat tidur.” Marah kepada mereka yang memusuhi Islam sehingga kita boleh mengisytiharkan berperang. begitu juga dalam mencegah kemungkaran. Kita perlu ada marah dalam hal itu.
Contoh marah pertengahan berlaku dalam sejarah ialah ketika Saidina Ali terbabit dalam satu peperangan di mana beliau hampir hendak memenggal leher musuhnya dan tiba-tiba musuhnya meludah mukanya.
Lalu Saidina Ali tidak jadi memenggal lehernya. Maka musuhnya berasa pelik lalu bertanya Saidina Ali mengapa tidak jadi membunuhnya.

Maka Saidina Ali menjawab: “Aku takut bahawa aku membunuhmu bukan kerana Allah SWT tetapi kerana marah kepada kamu kerana kamu meludahku.” Hebatnya Saidina Ali masih lagi menggunakan pertimbangan akal dan syariat walaupun ketika marah. Sama-sama kita renungkan di mana kategori marah kita selama ini untuk kebaikan masa akan datang.


Adakah Anda Masih Belum Bertemu JODOH?